Kritik, Saran, Kesaksian

------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com -------------------

24 Agustus 2009

Renungan

DALAM KRISTUS ADA KERUKUNAN

(Galatia 4 : 22 - 28)

Pendahuluan

Orang Yahudi memiliki keterampilan yang baik untuk mengajarkan Taurat yaitu dengan cara Hurufiah (melakukan semua yang tertulis), penafsiran dan kiasan. Rasul Paulus yang adalah keturunan Yahudi asli menerapkan metode yang sama dalam menjelaskan keselamatan dari Yesus Kristus. Pada teks Galatia 4 : 22 – 28 ini, Rasul Paulus memaparkan suratnya dengan gaya kiasan (ay. 24). Oleh karena ini adalah kiasan maka tidak ada maksud Paulus untuk mempertentangkan antara Sara dengan Hagar namun membandingkan mereka.

Konteks

Pada saat ini, di Kota Galatia telah banyak umat Yahudi dan non Yahudi menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Pada awal mulanya mereka hidup rukun dan saling membangun antara satu dengan yang lain. Namun ketika pengaruh keyahudian masuk di kota tersebut maka mereka terpecah-pecah akibat ajaran tentang sunat, puasa dan Taurat (bacalah Gal. 1-4). Karena rusuh kekristenan saat itu maka Paulus mengangkat gambaran Hagar (hamba-menurut dagung) dan Sara (merdeka-menurut roh). Jadi mereka di posisi keturunan Hagar atau Sara, bila mereka tidak hidup rukun maka mereka adalah keturunan dari Hagar (ay.29)

Isi

Dalam nats ini, Rasul Paulus berbicara tentang bagaimana cara hidup dan perilaku umut Allah yang benar. Yang dimaksud adalah hidup rukun, sehati, sepikir dan merdeka. Hubungan Abraham dengan Sara isterinya adalah berdasarkan perjanjian Allah, karena itu anak yang dilahirkan yaitu Ishak adalah anak perjanjian atau anugerah sedangkan anak yang dilahirkan Hagar yaitu Ismail adalah anak kedagingan.

Dalam konteks ini, jemaat seharusnya menyadari status mereka sebagai keturunan berdasarkan anugerah itu. Menurut Paulus, anugerah itu telah dipenuhi dalam diri Yesus Kristus dengan kata lain mereka telah dimerdekakan dari dosa dengan pengorbanan Kristus. Mereka telah peroleh ahli waris dan janji kasih karunianya. Namun ternya mereka (jemaat Galilea) berbalik dari Anugerah Yesus Kristus yang menanggung dosa. Hal ini digambarkan beralihnya garis perjanjian Abraham dan Sara kepada garis perhambaan (menurut daging) Abraham dan Hagar. Dengan kata lain mereka beralih dari status sebagai orang merdeka dan memberi diri dalam perbudakan lagi, mereka meninggalkan Kristus dan memikul kuk sendiri atau hukuman hukum Taurat.

Untuk itu Paulus mengajak jemaat menyadari dampak perhambaan diri di bawah hukum Taurat, maka mereka sendiri yang memikul kuk dan hukuman hukum Taurat. Tetapi bila mereka hidup dalam Kristus dan hukumNya (Gal 6:2) maka kitapun menjadi lega dan menjadi tenang (Mat. 11: 28-29). Setiap orang yang menerima kristus akan menjadi ciptaan baru yang selalu berbuah, manifestasi buah tersebut dapat berupa sukacita, damai, kesabaran, kemurahan, kebajikan bahkan penguasaan diri (Gal 5:22-23) yang berdampak pada kerukunan hidup.

Penutup

1. Hidup dalam Kristus melahirkan kedamaian dan kerukunan

2. Perbedaan suku, agama, keturunan, golongan dan warna kulit tidak menjadi hambatan dalam mewujudkan cita-cita kerukunan hidup.

3. Sebagai orang beriman, kita telah dimerdekakan dari dosa oleh pengorbanan Kristus. Untuk itu jangan berbuat dosa lagi dan jangan menjadi hamba dosa agar tidak kehilangan hak waris perjanjian Allah.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

mantap, saya suka dengan tulisannya.

Hidup itu singkat