Kritik, Saran, Kesaksian

------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com -------------------

22 Agustus 2009

Renungan

Persaudaraan Yang Rukun
(Mazmur 133 : 1 - 3)

Dari awalnya manusia diciptakan adalah sebagai mahluk sosial yang harus berinteraksi di dalam komunitasnya dengan manusia yang lain. Tujuan di dalam kehidupan bersama tersebut adalah untuk saling menolong dan saling memberi satu dengan yang lain, sebagaimana Firman Tuhan yang berkata: ”...Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej.2:18). Di samping itu, di dalam hidup bersama tersebut, kita akan mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri dan berbagi pengalaman dengan teman persekutuan kita untuk membangun komunitas yang lebih baik. Menurut Rick Warren, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun persekutuan, yaitu : (1)Kejujuran, (2)Kerendahan hati, (3)Saling menghormati, (4)Saling menjaga rahasia dan (5)Memerlukan keteraturan mengalokasikan waktu bersama untuk membangun relasi. Untuk melaksanakan ke lima hal yang disebutkan diatas diperlukan komitmen dari masing-masing anggota dengan menghilangkan sifat egois dan mementingkan diri sendiri. Hal itu berarti bahwa keutuhan persekutuan adalah sesuatu yang harus dipelihara dan diusahakan terus-menerus oleh tiap anggota persekutuan, sebagaimana FirmanNya yang berkata: ”Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:3).

Dalam kaitan membangun persekutuan di dalam jemaat maupun orang lain yang berbeda pandangan atau orientasi hidup, teks Mazmur 133 ini menantang dan menyapa kita untuk membangun sebuah persekutuan yang rukun dan damai kepada setiap orang. Tuhan menghendaki agar kita menjalin kehidupan bersama, menjadi satu tubuh Kristus yang di dalamnya kita saling berbagi pengalaman dalam satu kelompok orang percaya. Tetapi di sisi lain, kita juga harus mampu hidup berdampingan dengan saudara yang lain yang tidak seiman dengan kita. Sehingga sesama dalam konsep berpikir kita, tidak lagi dibatasi oleh latar belakang kesamaan: garis keturunan (hubungan darah), kepentingan, agama dan ras. Dalam hal ini kita harus memperhatikan khotbah Tuhan Yesus tentang orang Samaria yang murah hati (Lukas 10:25-37).

Karena itu, saudara yang kekasih, marilah kita hidup bersama di dalam persaudaraan yang rukun supaya hidup kita diberkati. Karena ke dalam kehidupan yang rukun tersebutlah Tuhan memerintahkan berkat kehidupan sampai selamanya. Dan kehidupan yang rukun adalah tanda kehadiran Kerajaan Allah, sebab FirmanNya berkata : ” Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran damai sejahtera dan suka cita oleh Roh Kudus” (Roma 14:17). Amin.

Tidak ada komentar:

Hidup itu singkat