Kritik, Saran, Kesaksian

------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com -------------------

22 Maret 2009

Jelang Pemilu 2009






BELAJAR DARI KEMENANGAN HITLER
(diadopsi dari Institut Leimana News, edisi 01 / 2009)
Oleh Tobias Basuki






Salah satu noda hitam paling tragis dalam sejarah akibat tingginya Golongan Putih (golput) terjadi di Jerman. Tahun 1920 partai Nazi dibentuk. Awalnya, partai ini hanya mendapatkan 3% suara di Pemilu Legislatif, dan bahkan turun menjadi 2,6% di Pemilu berikutnya. Tapi tahun 1929 bursa saham Wall Street runtuh, dan tahun 1930 partai kecil ini langsung melejit dan mendapatkan 18,3% suara di Pemilu Lagislatif. Jumlah ini menjadi suara kedua terbesar di Parlemen karena banyak rakyat yang golput. Tahun 1933 Hitler terpilih sebagai Kanselir Jerman. Setelah itu kita semua tahu, berkuasanya Hitler merupakan salah satu pemicu utama terjadinya Perang Dunia ke-2.



Dari sejarah kita dapat melihat bahwa partai-partai kecil yang radikal bisa mendapatkan kekuasaan dan mengontrol suara mayoritas akibat golput. Beberapa tahun sebelumnya, hal serupa telah terjadi di Rusia dalam revolusi Bolshevik yang dipimpin Lenin (1917). Lewat ide-idenya yang destruktif, partai-partai kecil ini menguasai dan mengontrol arah negara. Umumnya ada 3 (tiga) penyebab utama kemenangan mereka:


Pertama: Krisis Ekonomi. Awalnya, nazi adalah partai kecil tanpa dukungan, tapi begitu krisis financial tahun 1929 memukul dunia, partai ini langsung naik daun. Pada saat itu, Jerman sedang menderita depresi ekonomi dan sosial politik yang parah, dan banyak yang mengharapkan munculnya seorang pemimpin yang kuat.



Kedua: Pemerintahan yang lemah dan inkonsisten dalam menerapkan hukum . Sebelum berkuasa, Hitler adalah oposan yang militan terhadap pemerintah yang berkuasa. Ia pernah berusaha mengambil alih pemerintahan daerah di Baravian dengan kekerasan, tapi hanya dihukum satu tahun saja.



Ketiga: Tingginya tingkat apatisme rakyat untuk memilih dalam Pemilu . Sikap rakyat Jerman di masa pra – Hitler tidak lagi peduli akan nasib bangsanya, bahkan untuk sekedar melakukan hal yang sederhana, yaitu memilih dalam pemilu. Jangan biarkan sejarah kelam Jerman terulang di Indonesia. Ketidak-pedulian Anda dapat menghancurkan banyak orang, termasuk diri Anda sendiri. Satu suara berarti, karena itu jangan lepaskan hak pilih Anda.

Tidak ada komentar:

Hidup itu singkat