Dalam banyak forum dan diskusi, selalu mencuat kekhawatiran tentang kelangsungan hidup manusia di bumi, menyangkut kelestarian alam raya, hubungan antar manusia dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Memang sudah sepatutnya kita kuatir tentang kelestarian hidup di muka bumi, menyangkut kelestarian alam, karena setiap hari kita mendengar berita tentang bencana alam di sekitar kita (Banjir, tanah longsor dan gempa di mana-mana), belum lagi issu tentang pemanasan global yang sering diteriakkan oleh para pemimpin bangsa-bangsa di dunia. Demikian halnya dengan perdamaian dunia yang terancam oleh berbagai persoalan yang muncul karena masalah politik, ekonomi dan sosial. Sentimen agama menjadi ancaman yang dapat memicu konflik kemanusiaan. Berkenaan dengan itu, agama dan peribadahan di dalamnya sering tidak memerdekakan orang untuk mencintai sesama, tanpa membedakan ras, suku dan agamanya. Agama malah membangun fanatisme yang sempit daripada mendatangkan damai sejahtera tersebut. Kejahatan manusia semakin bertambah dan menganggap bahwa hari penghakiman Tuhan masih lama, atau sebagian orang merasa bahwa tentang hari penghakiman hanyalah dongeng para imam untuk menakut-nakuti manusia berbuat dosa. Kalau demikian bagaimanakah sikap kita ?
Firman Tuhan hari ini berseru kepada kita untuk kembali kepada Tuhan mengadakan doa puasa dan perkabungan, seperti mempelai wanita yang ditinggalkan oleh kekasihnya. Demikianlah firmanNya : “Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada Tuhan”.(Yoel 1:14). Kapankah kita harus melakukan puasa dan pertobatan tersebut ? Hari inilah kita harus melakukannya, karena hari Tuhan akan segera datang. Firman Tuhan berkata : “Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu”(Wahyu 3:11).
Saudara/i yang dikasihi Kristus, bila kita menyerukan pertobatan, maka hal itu harus meliputi : 1. Hubungan kita dengan alam raya. Dalam hal ini, marilah kita berbuat nyata, tidak lagi sekedar ikut membagas tentang illegal loging dan pemanasan global, Tapi janganlah ikut merusak lingkungan sekitar kita. 2. Hubungan dengan sesama, marilah kita bangun dengan siapapun tanpa dihambat oleh predikat yang melekat kepadanya, misalnya apa agamanya, marganya dan warna kulitnya. Marilah kita menerima sesama manusia sebagai manusia yang seutuhnya. 3. Demikian halnya dengan hubungan manusia dengan Tuhan. Marilah kita renungkan, apakah peribadahan kita adalah peribadahan yang sejati ? Atau peribadahan yang kita lakukan selama ini hanya sekedar rutinitas dan legalitas formal belaka ? Apakah perbadahan kita selama ini sudah membangun jiwa yang penuh cinta kasih dan damai sejahtera, atau malah membangun fanatisme yang sempit dan kebencian kepada penganut agama yang lain ? Untuk semuanya ini, berserulah kepada Tuhan dan katakanlah :”KepadaMu, ya Tuhan, aku berseru “. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar