Kritik, Saran, Kesaksian

------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com -------------------

17 April 2010

Renungan

Ungkapan Terimakasih atau rasa syukur atas anugerah Tuhan

(Lukas 17 : 11 – 19)


Terima kasih adalah kata-kata yang sederhana, tetapi betapa kerap orang sulit mengucapkannya. Mari kita hitung, selama seminggu ini berapa banyak kita menerima kebaikan orang lain? Tidak hanya untuk hal-hal besar, tetapi juga untuk hal-hal sederhana. Misalnya, istri yang menyeduhkan kopi, suami yang pulang dari kantor membawakan makanan kesukaan, anak yang telah menolong mengambilkan sesuatu. Atau juga orang-orang yang dengan pekerjaannya telah membantu kita; tukang sampah yang setiap hari mengangkut sampah dari rumah kita, sopir taksi yang mengantarkan kita ke tempat tujuan.

Bandingkan dengan berapa kali dalam minggu yang sama kita mengucapkan "terima kasih". Jangan-jangan cuma "sembilan berbanding satu". Artinya, dari sepuluh kali kita menerima kebaikan orang lain, hanya satu kali kita menyatakan rasa terima kasih. Seperti yang ditunjukkan dalam bacaan kita; dari sepuluh orang kusta yang menerima anugerah kesembuhan dari Tuhan Yesus, hanya satu yang kembali untuk berterima kasih atau mengucap syukur. Secara jelas Lukas menyebut orang yang tahu berterima kasih itu adalah orang Samaria (ayat 16).

Waktu itu orang Samaria dipandang masyarakat sebagai kalangan rendah, kaum sepele, kelompok yang tidak berbudaya, bukan bangsa pilihan. Dengan sengaja menyebut orang Samaria yang kembali untuk menyatakan rasa terima kasihnya kepada Tuhan Yesus, Lukas seolah-olah hendak mengatakan bahwa justru orang yang dianggap rendah oleh kebanyakan orang itulah yang tahu berterima kasih.

Seandainya orang bisa memposisikan diri sebagai orang Samaria, yang merasa dia tidak pantas dibantu, sebab keselamatan bukan untuk mereka sebagai warga kelas dua di daerah Yahudi, sebagai orang kusta yang harus jauh dari masyarakat, maka orang akan mudah bersyukur. Betapa dia yang tidak pantas ini diberi anugerah yang tidak terduga dari seorang yang sangat hebat dan terhormat. Kesadaran ini membuatnya datang kembali untuk berterimakasih dan menyembah Yesus. Sementara 9 orang lain adalah orang yang taat pada Yesus. Mereka disuruh pergi menghadap para imam dan mereka melaksanakannya. Mungkin kesembuhan dari kusta dilihat juga sebagai usaha mereka yang berjalan menghadap para imam. Maka mereka tidak kembali pada Yesus sebab keberhasilan itu merupakan usaha mereka.

Banyak orang beriman saat ini yang taat pada Yesus. Banyak yang taat untuk datang kegereja pada hari Minggu, ada diantaranya yang melakukan doa-doa khusus, membayar perpuluhan seperti yang diperintahkan dalam Perjanjian Lama. Jelasnya banyak yang mentaati semua itu. Namun apakah peribadahan Minggu itu sebagai ungkapan terimakasih atau wujud syukur atas perlindungan dan karya Allah selama seminggu? Apakah perpuluhan merupakan ungkapan terimakasih atau perwujudan rasa syukur atas berkah selama sebulan? Ketaatan berbeda dengan ungkapan terimakasih atau rasa syukur. Namun banyak orang sudah puas dengan ketaatan itu.

Orang Samaria yang bukan hanya taat tapi juga melihat sumbernya. Dia melihat Yesus sebagai asal dari perintah itu. Kesembuhan bukan hanya karena ketaatannya untuk pergi kepada para imam (yang belum tentu diterima juga sebab dia orang Samaria) tapi juga peran Yesus yang memberikan perintah dan menganugerahkan kesembuhan. Bagaimana denganmu??



Tidak ada komentar:

Hidup itu singkat