Kritik, Saran, Kesaksian

------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com -------------------

08 Desember 2009

renungan


SALING MERENDAHKAN DIRI
(Yohanes 13 : 12 - 17)


Pada umumnya, manusia cenderung untuk meninggikan dirinya sendiri dan menganggap orang lain lebih rendah darinya. Manusia juga cenderung merasa lebih benar dan lebih pintar dari yang lain, sehingga sikapnya sering membenarkan diri dan mempersalahkan yang lain. Sikap yang demikian sudah ada dari awal sejarah kehidupan manusia. Sikap ini dimulai, ketika Adam dan Hawa memakan buah terlarang. Keinginan mereka untuk sama dengan Allah, telah membuat manusia itu jatuh ke dalam kutuk dosa yang mengakibatkan rusaknya hubungan mereka (manusia) dengan Penciptanya. Akibatnya, kepribadian luhur manusia itupun mengalami perubahan yang radikal. Hal itu dapat kita lihat dari perkataan Adam yang sangat manis ketika Pertama sekali menerima Hawa, sebelum mereka jatuh ke dalam dosa, demimikanlah perkataan Adam :”...inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku..”(Kej.2:23). Tetapi sesudah mereka jatuh ke dalam dosa perkataan Adam cenderung melempar kesalan kepada Hawa dan mencoba membenarkan diri, demikian perkataannya :..Perempuan yang Kau tempatkan disisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka ku makan”.(Kej.3:12). Demikianlah sikap manusia, yang pada awalnya begitu luhur dan penuh dengan hal-hal yang positif, yaitu saling menerima, saling memuji dan saling menghargai, tetapi ketika jatuh ke dalam dosa, kemudian berbalik : saling menolak (membunuh), saling mencaci dan mempersalahkan dan saling merendahkan. Kemudian kehidupan dilihat sebagai kompetisi, bukan sebagai satu persekutuan untuk saling menopang dan saling membantu satu dengan yang lain.

Teladan dunia yang selalu cenderung untuk meninggikan diri tersebut, kemudian diubah oleh Yesus Kristus melalui teladanNya, ketika Dia mau turun ke dunia dari TahtaNya yang Agung dan menjadi sama dengan manusia untuk menyelamatkan manusia yang berdosa (baca Pilipi 2:1-11). Keteladanan itu juga ditunjukkannya kepada murid-muridNya dan kepada kita di dalam perikop bacaan hari ini. Dimana Dia yang adalah Guru mau membasuh kaki para murid. Hal ini merupakan kejanggalan menurut kebiasaan yang berlaku. Dimana seorang yang lebih tinggi derajatnya mau melayani orang-orang yang lebih rendah. Tetapi, demikianlah teladan yang diberikan oleh Tuhan Kita. FirmanNya berkata :Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya”(Mrk.9:35).

Supaya kita bisa hidup menurut teladan Yesus, satu-satunya jalan adalah menyangkal diri dan mengikuti Dia. Sehingga bukan keinginan kita yang menjadi pandu dalam keputusan dan tindakan kita, tetapi kehendak Yesus yang harus terlaksana, Untuk itu marilah kita berkata seperti hamba Tuhan, yaitu rasul Paulus yang berkata :”Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kudhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku”(Gal.2:20). Di dalam hidup yang demikian, marilah kita saling membasuh kaki, artinya membersihkan kotoran dan dosa dari saudara/i kita. Marilah kita saling merendahkan diri dan saling menerima dan saling menghargai satu dengan yang lain. Selamat melayani di dalam Tuhan.
Amin.


Tidak ada komentar:

Hidup itu singkat