Kritik, Saran, Kesaksian

------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com -------------------

29 Januari 2009

renungan


“ MENGAMPUNI ADALAH KEADILAN KRISTIANI ”
( Hakim-hakim 11 : 1 - 11 )



“Judika “ adalah salah satu nama Minggu, yang berarti : “Berilah keadilan kepadaku, ya Allah”. Secara umum, konsep keadilan menurut pikiran banyak orang, adalah adanya keseimbangan, kesetaraan dan kesamaan. Berangkat dari konsep berpikir yang demikian, dalam bersikap dan berbuat kepada orang lain, sering sekali kita bertolak dari apa yang sudah diperbuat kepada kita. Sehingga sikap perbuatan kita sangat dipengaruhi situasi (Pasif, tidak proaktif). Dalam sikap yang demikian terjadi hukum pembalasan, dan anehnya masyarakat secara umum melegalisir sikap yang demikian sebagai keadilan. Hukum pembalasan, sebagai konsep keadilan umum di dalam kehidupan , nyata kita lihat dalam praktek hidup sehari-hari. Sering sekali manusia berpikir, bahwa satu perbuatan yang baik adalah adil bila dibalas dengan satu perbuatan baik juga. Anehnya, untuk satu perbuatan yang jahat, yang kita terima dari orang lain, rasanya tidak cukup pembalasannya satu kali saja. Bila demikian, kita yang sering menuntut keadilan, apakah sesungguhnya sudah adil di dalam kehidupan kita.

Melalui perikop bacaan Minggu ini, kita diingatkan kembali tentang keadilan Allah yang telah menyelamatkan kita. Dia yang telah dihianati oleh manusia, tetap mengasihi, tidak memperhitungkan dosa dan pelanggaran manusia itu dan tidak membalaskannya. Tuhan malah mengorbankan AnakNya yang tunggal Yesus Kristus Untuk menyelamatkan manusia yang berdosa tersebut. Yesus datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyelamatkan (baca Yoh.3:16-17). Dalam diri Yesus sangat nyata Firman yang berkata :”…sebab kasih itu menutupi banyak sekali dosa” (1 Pet.4:8). Tindakan keadilan Tuhan yang terbalik dengan konsep keadilan dunia tersebut, dalam perikop ini dapat kita lihat di dalam sikap dan perbuatan Yefta terhadap kaum kerabatnya yang telah menghina, menolak dan bahkan mengusir dia, yang kemudian datang minta tolong ketika mereka menghadapi kesulitan dan ancaman dari orang Amon. Yefta datang dan maju berperang melawan orang Amon untuk menyelamatkan saudara-saudaranya yang dulu menghina dan menolaknuya. Adilkah tindakan ini ? Bukankah menurut pikiran manusiawi dia dapat saja mengatakan : “rasakan, inilah pembalasan Tuhan akan dosamu, dll ?”. Tidak, sumpah serapah yang demikian tidak dilakukan Yefta, dan dia tidak membalas dendamnya dengan dramatis seperti cerita film India. Dia datang dengan kasih dan pengampunan dan menyelamatkan, inilah keadilan yang sejati.

Saudara/i yang dikasihi Yesus, Firman ini mengajar kita, untuk tidak menghakimi dan menolak seseorang, karena statusnya, silsilahnya, dosanya masa lalu dan lain sebagainya (baca Matius 7:1-5). Sebaliknya, janganlah membalas kejahatan dengan kesajahatan tapi kalahkanlah yang jahat dengan yang baik, (baca Roma 12:17-21) sebab untuk itulah kita dipanggil mewujudkan keadilan Tuhan. Amin.

1 komentar:

KMK~PKM mengatakan...

syalom...

Bagi rekan-rekan kawula muda, jika ingin partiture lagu-lagu Paduan Suara kunjungi http://kmk-pkm.blogspot.com

Trimakasih and GBU!

Hidup itu singkat