Kritik, Saran, Kesaksian

------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com ------------------- Kirim ke: immanuel_hkbp@yahoo.com -------------------

14 Januari 2009

renungan

“YESUS-LAH NAKHODA HIDUP”
(Markus 4 : 35 – 41)
“Sipata naeng lonong do au, so halugaan galumbang i, tu dia ma haporusanki…ingkon hutiop tongtong Jesus i “ ( Terkadang jiwaku hampir tenggelam, tiada lagi daya untuk mengayuh bahtera hidup, siapakah yang menjadi penyelamatku ? Pegangan hidup satu-satunya hanyalah Yesus). Kalimat di atas adalah penggalan syair lagu pujian (koor) yang sudah sangat sering kita dengar. Syair tersebut menggambarkan kehidupan, seperti seorang yang berlayar di laut lepas dan menghadapi ombak serta badai samudera yang mengombang-ambingkan bahkan hampir menenggelamkan perahu yang ditumpanginya. Situasi yang demikian boleh saja membuat orang putus asa, tetapi syair lagu ini ditutup dengan satu kesaksian yang sangat indah, yaitu dia berserah sepenuhnya kepada Yesus dan Yesus menolong dan membimbing serta menyelamatkan jiwanya melewati gelombang yang ganas dan badai taufan yang menghempas. Di dalam Yesus dia diselamatkan.

Sidang jemaat, yang dikasihi Yesus Kristus, perjalanan hidup kita saat ini, dapat diibaratkan seperti syair lagu di atas, yang menggambarkan seseorang yang naik perahu mengarungi samudera kehidupan yang menawarkan berbagai keindahan yang boleh kita nikmati. Terkadang keindahan dan angin semilir yang bertiup bisa saja membuat kita terbuai dan bahkan terlelap. Tetapi bisa saja tiba-tiba semuanya menjadi tidak ramah, dimana angin tiba-tiba bertiup kencang, dan hujan badai datang melanda bahtera hidup kita. Tentu hal itu akan membuat kita panik, marah , kecewa, ketakutan dan putus asa. Bila hal ini terjadi, apakah yang akan kita lakukan ? Sikap yang paling tepat adalah memasrahkan diri kepada Nakhoda (juru mudi) perahu/kapal yang kita tumpangi. Demikian juga yang dilakukan para murid Yesus di dalam perikop ini, pada awal pelayaran semua tenang dan bahkan Yesus tidur diburitan kapal, tetapi tiba-tiba taufan mengamuk dengan dasyat dan ombak masuk ke perahu mereka. Ketika mereka menghadapi taufan dan gelombang yang sangat besar tersebut, mereka membangunkan Yesus, dan Yesus-pun bertindak untuk menenangkan angin dan badai, sehingga mereka selamat samapi di seberang.

Satu hal yang menarik dari Perikop bacaan kita ini, adalah : bahwa walaupun bersama-sama dengan Yesus, tetapi mereka juga menghadapi gelombang dan taufan tersebut. Biarpun taufan datang melanda mereka, tetapi mereka tidak binasa, karena Yesus berkuasa atas badai dan taufan tersebut. Hal ini menjadi perenungan bagi kita saat ini, dimana kita harus menghadapi berbagai gelombang hidup, pergumulan, kesulitan dan kesedihan. Bila hal ini terjadi, jangan kiranya kita merasa bahwa Yesus telah meninggalkan kita. Janganlah kita berputus asa, tetapi berserah kepada Yesus, agar Dia menenangkan badai hidup yang kita hadapi. Ingatlah firman Tuhan yang berkata :”Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Pet.5 : 7). Demikianlah, hidup kita dalam segala hal kiranya mata kita tertuju kepada Tuhan Yesus ( Okuli ). Selamat mengarungi hidup ini, Tuhan Yesus memberkati.
Amin

Tidak ada komentar:

Hidup itu singkat